ABSTRAK
Kamilah, Nisaul. Analisis Nilai
Edukatif dalam Novel Love in Pesantren Karya Shachree M. Daroini Sebagai
Reformulasi Pola Interaksi Guru dan Murid di Pesantren. Skripsi
Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah santri
dalam sebuah pesantren, kyai tidak bisa berdiri sendiri untuk mengayomi seluruh
santri. Oleh karena itu, kyai banyak dibantu oleh para guru dalam menggerakkan
roda pendidikan di tubuh pesantren. Dalam skripsi ini, penekanan lembaga
pendidikan yang dimaksud adalah guru dan murid yang terlibat dalam pendidikan
sekolah, dimana sekolah itu sendiri menjadi otoritas pesantren. Sehingga semua
kebijakan, baik terkait anggaran, mata pelajaran, bahkan seragam dan lain-lain
ditentukan oleh kebijakan pesantren sebagai pengayomnya. Pengejawantahan kitab ta’limul muta’allim yang sporadis
membuat pondok pesantren menanamkan nilai-nilai sakti yang terkait dengan
interaksi guru dan murid semisal; murid harus sam’an wa to’atan (mendengarkan dan taat), sendhiko dhawuh dengan satu iming-iming klasik, apalagi kalau bukan
barokah. Adanya doktrin-doktrin inilah yang seringkali menjadikan murid mandek,
stagnan dan tidak kritis. Mereka dituntut untuk menerima segala pengetahuan
yang dicekokkan pada mereka sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa diganggu
gugat. Guru yang seharusnya demokratis justru menjadi sosok yang bisa jadi
memenggal progresifitas, memancung pluralitas, dan membunuh dialektika dan
dinamika keilmuan yang senantiasa berkembang. Pada akhirnya, realitas semacam
itulah yang membuat banyak pihak melontarkan kritik terhadap pola pendidikan di
pesantren. Kritik tajam itu tak hanya dilisankan tapi juga melalui tulisan,
dalam bentuk fiksi maupun non fiksi. Salah satu dari banyak tulisan tersebut adalah
novel Love in Pesantren karya Shachree M. Daroini yang notabene alumni pondok
pesantren. Banyak kritik yang kemudian lahir dari tangan-tangan kreatif yang
bisa mensintesiskan antara realitas yang terjadi di lapangan dengan imajinasi
sehingga membuahkan novel yang menurut penulis apik, kritis. Relevansi novel
Love in Pesantren karya Shachree M. Daroini dengan realitas interaksi
guru-murid yang berkembang di sekolah dalam lingkungan pesantren inilah yang
membuat penulis tertarik unuk mengadakan analisis novel yang tertuang dalam
judul: Analisis Nilai Edukatif dalam
Novel Love in Pesantren Karya Shachree M. Daroini Sebagai Reformulasi Pola
Interaksi Guru dan Murid di Pesantren.
Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis nilai-nilai edukatif yang terdapat
dalam novel ”Love in
Pesantren” serta mengetahui dan menganalisis nilai
edukatif dari novel yang bisa kita terapkan sebagai reformulasi pola interaksi
guru dan murid di pesantren. Penelitian yang penulis lakukan ini termsuk
penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis reflektif. Yakni
menganalisis berdasarkan narasi kemudian direfleksikan dalam realitas yang
terjadi di dunia nyata dan menggunakan teknik dokumentasi dalam pengumpulan
datanya. Peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian karena peneliti merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor
hasil penelitian. Kegiatan yang dilakukan peneliti sehubungan dengan
pengambilan data yaitu, kegiatan membaca teks novel Love in Pesantren dan
peneliti bertindak sebagai pembaca yang aktif membaca, mengenali,
mengidentifikasi satuan-satuan tutur yang merupakan penanda dalam satuan-satuan
peristiwa yang di dalamnya terdapat gagasan-gagasan hingga menjadi sebuah
keutuhan makna.
Hasil dari analisis novel
ini menunjukkan bahwa nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam novel ”Love in Pesantren” karya Shachree
M. Daroini adalah: upaya meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan, semangat melakukan ritual keagamaan, tolong menolong, menyadari
keterbatasan diri, amar ma’ruf nahi munkar, sigap menghadapi masalah, pengembangan
pendidikan, kemandirian, prinsip keadilan, menciptakan kondisi lingkungan yang
sarat nuansa religius, menghargai perbedaan, menghargai dan menghormati sesama manusia, berfikir kritis mengenai
kehidupan, mau memaafkan, mampu menerima kritik, bersikap lembut, welas asih
dan ramah pada orang lain, bersikap optimis dan tidak putus asa. Sedangkan dari
nilai-nilai edukatif di atas, yang
bisa kita terapkan sebagai reformulasi pola interaksi guru dan murid di
pesantren adalah: Upaya meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan, menciptakan kondisi lingkungan yang sarat nuansa religius, menghargai
dan menghormati sesama manusia, bersikap lembut, welas asih dan ramah
pada orang lain, menghargai perbedaan, prinsip keadilan, berfikir kritis
mengenai kehidupan, mampu menerima perubahan, mampu menerima kritik, dan mau
memaafkan.
Oleh karena itulah, menurut hemat
penulis, pesantren, sebagai
lembaga yang sakral dan disakralkan, hendaknya senantiasa mengembangkan
keilmuan dan tidak bersikap ekskulusif dalam bersudut pandang. Tidak
mengekalkan pengkelasan serta feodalisme yang berakibat pada pengkultusan yang
berlebihan. Oleh karenanya, pesantren sepatutnya senantiasa membuka diri untuk
mau memahami perbedaan sudut pandang agar tidak terburu-buru memandang segala
sesuatunya secara hitam-putih. Baik guru maupun murid di lingkungan pesantren,
hendaknya sesegera mungkin menyadari, bahwa dunia telah mengalami kemajuan
pesat. Kehidupan global menanti intelektual muslim yang menguasai teknologi dan
informasi. Bukan sekedar orang-orang puritan yang gagap teknologi, membenci
globalisasi dan mengurung diri tanpa mampu berbuat apa-apa untuk menjadi pioneer di era global. Jika umat muslim
tetap terkungkung dalam doktrin yang mengkerdilkan, membatasi nalar kritis dan
kreatifitas, mencampakkan kemajuan atas dalih moralitas dan sekulerisme, maka
umat Islam takkan pernah lepas dari imperialisme Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar