A.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis adalah ramalan peneliti tentang hasil
penelitian (Ary, 1982: 137).Dalam merumuskan hipotesis dikenal dua macam cara
yakni hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1). Hipotesis nol (Ho)
adalah suatu hipotesis yang menyatakan tidak adanya pengaruh antara variable
yang dipermasalahkan keterhubungannya (pengaruh antara variable itu = 0).
Biasanya hipotesis ini diungkapkan dengan pernyataan tidak ada perbedaan atau
tidak ada pengaruh. Jadi merupakan sangkalan terhadap apa yang diharapkan atau
dikira-kira oleh peneliti.[1]
Sedangkan hipotesis alternative (H1) adalah
kebalikan dari hipotesis nol yang menyatakan adanya pengaruh antara variable
yang dipermasalahkan. Dugaan sementara peneliti dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di MAN 1 Bondowoso ini peran seorang guru pendidikan agama islam
sangatlah penting dalam menyikapi beberapa perilaku yang tidak diperbolehkan
didalam agama. Jadi dalam penelitian ini peneliti menduga terdapat Pengaruh
Antara Profesionalisme Seorang Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di MAN 1 Bondowoso.
B.
Metode
Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
2.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena-fenomena serta
hubungan-hubunganya.
Pendekatan
kuantitatif sering disebut sebagai pendekatan tradisional, karena pendekatan
ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode atau
pendekatan untuk penelitian.Data penelitian kuntitatif berupa angka-angka dan
dianalisis dengan menggunakan statistik.[2]
Jenis
penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey
dengan mengumpulkan data dari responden yang bersangkutan. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikatakan oleh Sugiyono bahwa “metode survey digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi
penelii melakukan perlakuaan secara langsung dalam pengumpulan data, misalnya
dengan mengedarkan koesioner, test dan wawancara.” [3]
3.
Sumber
Data
Sumber data
dalam penelitian kuantitatif ini adalah berupa data primer dan sekunder. Data
primer diambil berdasarkanhasil
pengumpulandata melalui angket yang dibagikan kepada responden secara
langsung. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui data-data dari wawancara,
observasi dan dokumentasi seperti sejarah, visi dan misi sekolah, kurikulum,
dan lain sebagainya.
4.
Populasi
dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.[4]
Penetapan populasipada penelitian ini
diambil dari seluruh guru pendidikan agama islam di MAN 1
Bondoowoso tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah….
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Menurut arikunto (2006:131)
“sampel adalah sebagian atau wakil poulasi yag diteliti”.Sedangkan meurut Azwar
(2004: 79) “sampel adalah sebagian dari populasi”.
Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu diambil
dari populasi itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili).[5]Untuk
sekedar ancer-ancer,apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah
subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Kebanyakan peneliti beranggapan
bahwa semakin banyak sampel, atau semakin besar persentase sampel dari
populasi, hasil penelitian akan semakin baik. Anggapan ini benar, tetapi tidak
selalu demikian.Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang
dikandung oleh subjek penelitian dalam populasi.Selanjutnya sifat-sifat atau
ciri-ciri tersebut bertalian erat dengan homogenitas subjek dalam populasi.[6]
5.
Instrumen
Penelitian
6. Pada
prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun
alam. Oleh karena itu, harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang diamati. Secara
spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Dalam mendukung proses
pengumpulan data dan memperoleh data yang diinginkan, peneliti menggunakan
instrument berupa angket atau kuesioner. Butir-butir pertanyaan atau pernyataan dalam angket dikembangkan berdasar atas teori
yang relevan dengan masing-masing variabel penelitian.[7] Pertanyaanatau pernyataan dalam angket diukur dengan
menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Terdapat dua puluh pernyataan dengan lima pilihan jawaban yang
digunakan untuk mengungkap tingkat keberanian siswa dalam belajar dan pengaruh
pembelajaran khitobah. Semua pernyataan
diungkapkan dalam kalimat positif.
Table 1.1
Kisi-kisi Instrumen Yang Diperlukan
Untuk Mengukur Pengaruh Profesionalisme Guru PAI Terhadap Pelaksanaan Bimbingan
Konseling Di Sekolah
Variabel penelitian
|
Indikator
|
Pentingnya guru Pendidikan Agama Islam yang
professional terhadap pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah
|
1.
2.
3.
|
Pengaruhya
terhadap pelaksanaan bimbingan konseling dan outputnya.
|
1.
2.
3.
|
7.
Teknik
Pengumpulan Data
Berbicara tentang jenis-jenis metode pengumpulan
data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi
tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan
standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi adalah juga
mengadakan pengukuran. Metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
a. Angket
atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.[8]Beberapa alasan yang mendasari dipilihnya angket sebagai
metode pengumpulan data diantaranya:
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing,
dan menurut waktu senggang responden.
4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak
malu-malu menjawab.
5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
Kuesioner dalam penelitian ini mencakup kuesioner
variabel bebas yaituprofesionalisme guru
PAI dan variabel terikat yaituproses
pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah yang keduanya akan diisi oleh guru PAI, guru Bimbingan konseling (BK) dan
beberapa siswa di MAN 1 Bondowoso yang telah ditetapkan sebagai sampel
penelitian sekaligus sebagai responden.
b. Interview
(wawancara)
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara
atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)
untuk memperoleh informasi dari terwawancara[9].
Ditinjau dari pelaksanaannya, maka dibedakan atas:
1) Interview
bebas, di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat
akan data apa yang akan dikumpulkan.
2) Interview
terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa
sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam
interview terstruktur.
3) Interview
bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview
terpimpin.
Adapun wawancara
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin yaitu
dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan
garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
c. Observasi
Observasi seringkali mengartikan observasi sebagai
suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata.
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.Apa yang dikatakan
ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi
dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi langsung. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui proses pelaksanaan bimbingan dan konseling yang diikuti oleh siswa.
d. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis.Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.[10]
Adapun data yang dimaksud adalah sejarah sekolah,
visi dan misi sekolah, struktur kurikulum, struktur penanganan bimbingan dan
konseling, visi dan misi bimbingan konseling.
8.
Analisis
data
9.
Sistematika
Pembahasan
Penelitian
terdahulu
Penelitian tentang bimbingan Konseling (BK)
sebelumya telah pernah dibahas dalam skripsi penelitian dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yang dilakukan oleh Puji Maulana mahasiswa STAIN Jember
Program studi Pedidikan Agama Islam (PAI) yang berjudul “Peranan Bimbigan
Konseling (BK) dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri
Jember 3 tahun pelajaran 2009/2010”. Dalam penelitian tersebut kesimpulan
secara umum yang dapat diambil bahwa peranan Bimbingan Konseling (BK) dalam
menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Jember 3
tahun elajaran 2009/2010 sudah berjalan cukup baik, hal ini terlihat dari
proses pelayanan Bimbingan Konseling (BK) dalam bentuk layanan pembelajaran
atau bisa dikatakan Bimbingan Konseling (BK) terpadu yang pelaksanaannya selalu
berkoordinasi dengan wali kelas, guru mata pelajaran, wali murid, kepala
sekolah dan sekaligus guru keagamaan.
Sedangkan dalam penelitian lain yang dilakukan oleh
Muhammad Mariyono Lutfi dalam skripsinya dengan pendekatan kuantitatif yang
berjudul “Pengaruh Bimbingan dan Konseling terhadap aktifitas belajar siswa di
SLTP Negeri 2 Silo, Jember tahun 2003/2004”. Adapun kesimpulan dari penelitian
ini menujukkan bahwa ada pengaruh Bimbingan Konseling (BK) terhadap aktifitas
belajar siswa di SLTP Negeri 2 Silo, Jember tahun 2003/2004 dengan tingkat
pengaruhyang sedang.
Dengan adanya hasil dari penelitian terdahulu yang
telah disebutkan, peneliti tertarik untuk melanjutkan dan mengembangkan
penelitian tersebut. Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian sebagai
tahap awal pembelajaran bagi peneliti dengan judul “Pengaruh Profesionalisme
Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Terhadap Pelaksanaan Bimbingan Konseling di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bondowoso tahun ajaran 2012/2013”. Judul yang
penulis angkat disini berbeda dengan judul skripsi sebelumya karena pembahasan
dalam skripsi ini akan lebih mengerucut pada pentingnya profesionalisme guru,
khususnya guru PAI ketika menangani proses pelaksanaan bimbingan konseling di
sekolah. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dengan eknik analisa data dan statistic dengan rumus
product moment yang selanjutnya akan dikonsultasikan pada table interprestasi
nilai “r” untuk megetahui tinggi rendahnya pengaruh yang terjadi.
[1]S.
Faisal. 1989 dan 1995.Format-Format
Penelitian Sosial Dasar-Dasar Dan Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta.
Halm: 103
[2]Sugiyono.
2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif dan R & D. halm: 7
[3]
Ibid. halm: 6
[4]
Ibid. halm: 80
[5]
Ibid. halm: 81
[6]Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI) (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 134
[7]Sugiyono, Op. Cit., hlm.
102
Tidak ada komentar:
Posting Komentar